Prof. Haedar Nashir saat memberi sambutan pada acara pembukaan Muktamar XVIII Pemuda Muhammadiyah (dok. TVMU) |
"Negarawan, kenegarawanan dalam literasi Arab itu disebut dengan Futuwah. Berasal dari kata al-Fata, Pemuda yakni satria atau kesatria. Mereka yang mengutamakan kepentingan umum, kepentingan rakyat, kepentingan bangsa, kepentingan umat manusia selain dan diatas kepentingan diri dan kelompoknya sendiri." terang Prof. Haedar.
Dihadapan para Muktamirin yang hadir dari berbagai daerah Haedar Nashir menyampaikan ada 3 hal substansi yang harus diambil oleh Pemuda Muhammadiyah yang tengah ber-Muktamar yaitu jika ingin menjadi negarawan yang berbasis pada al-Fata.
"Satu, religiusitas yang melahirkan kesalehan, etika dan kebaikan hidup termasuk jiwa jujur dan menjaga marwah. Juga punya kemandirian." lanjut Haedar Nashir.
Lebih lanjut dirinya menyampaikan bahwa pemuda yang negarawan bukanlah mereka yang mengatakan 'itulah ayahku dan tokoh idolaku' tapi katakanlah 'inilah aku' dia tidak pernah bersembunyi dibalik ketokohan orang lain, melainkan ada didalam dirinya sendiri.
"Yang ketiga dia harus punya sifat cerdas, ambil seluruh pemikiran dari manapun datangnya termasuk dari yang berbeda agama, suku, golongan dan pandangan politik. Tapi ambil yang terbaik dan gunakan pikiran itu untuk mencerahkan kehidupan." ungkapnya lebih lanjut.
Profesor dibidang sosiologi tersebut kembali menambahkan bahwa al-Fata juga harus memiliki sikap berkhidmat, mengurus urusan orang banyak, urusan publik dan urusan rakyat.
Dirinya kemudian berpesan bahwa orientasi pemuda sebagai al-Fata adalah masa depan. Ia meminta untuk tidak berpuas diri dengan hasil yang saat ini diraih bahwa pemuda adalah pewaris Indonesia dimasa depan. Sebagai pemuda yang akan melanjutkan estafet bangsa di masa yang akan datang dirinya berharap agar tidak bersikap 'instan' tetapi belajarlah dari realitas.