Notification

×

Iklan

Iklan

Dihadapan Megawati, Haedar Nashir Kisahkan Kedekatan Soekarno dan Fatmawati Dengan Muhammadiyah

23/02/23 | 07:12 WIB Last Updated 2023-02-23T00:20:43Z

 

Saat Prof. Haedar Nashir mengisahkan perjalanan hidup Soekarno dan Fatmawati didepan Ibu Megawati (dok. TVMU)

semestanews.id - Dihadapan Megawati Soekarnoputri, Prof. Dr. K.H. Haedar Nashir, M.Si mengisahkan perjalanan hidup Soekarno dan Ibu Fatmawati yang memiliki hubungan tak terpisahkan dengan Muhammadiyah. Bung Karno dan Ibu Fatmawati sendiri merupakan Tokoh Muhammadiyah juga merupakan orang tua dari Ibu Megawati Soekarnputri.


Kisah ini diceritakan Haedar Nashir Ketua Umum PP Muhammadiyah ketika memberikan sambutan pada acara pembukaan Muktamar XVIII Pemuda Muhammadiyah yang diselenggarakan di Balikpapan. Dalam sambutannya tersebut dirinya menyebut bahwa Megawati Soekarnoputri bagi Angkatan Muda Muhammadiyah bukan orang lain melainkan merupakan bagian dari keluarga besar Muhammadiyah.


"Kalian tahu ayahnya (Megawati) adalah Bung Karno, Ibunya Fatmawati. Bung Karno adalah anggota resmi Muhammadiyah dan tahun 38-42 (1938-1942) sewaktu di Bengkulu beliau resmi menjadi pimpinan Majelis Pendidikan dan Pengajaran Muhammadiyah" ungkap Haedar Nashir yang disambut tepuk tangan.


Pada tahun 1962 Bung Karno ketika menutup Muktamar setengah abad Muhammadiyah menyampaikan "Makin lama saya semakin cinta Muhammadiyah". Bahkan Bung Karno menyampaikan "Yang saya sesalkan kenapa setelah saya jadi presiden saya tidak pernah ditarik iuran anggota Muhammadiyah".


"Beliau (Bung Karno) menyampaikan kesaksian sudah lama saya selain menjadi anggota Muhammadiyah saya ngintil. Ngintil itu Dzawil Qurba, menjadi murid spiritual dan intelektual dari Kiai Dahlan." ujar Haedar melanjutkan kisahnya.


K.H Ahmad Dahlan bertemu dengan Soekarno muda di Surabaya tepatnya di rumah H.O.S Tjokroaminoto. Soekarno saat itu belajar ilmu agama langsung dari K.H. Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah. Sampai Bung Karno mengatakan "saya masuk Muhammadiyah karena sesuai dengan alam pikiran punya saya yakni Islam progresif, Islam berkemajuan",


"Ibu Fatmawati tentu sangat kita tahu beliau adalah putri Hasan Din Tokoh dan Konsul Muhammadiyah Bengkulu. Beliau (Fatmawati) aktivis Nasyiatul 'Aisyiyah." kisahnya lebih lanjut.


Haedar Nashir melanjutkan kisahnya bahwa pada 4 Januari 1946 ketika Ibukota pindah ke Yogyakarta Bung Karno kemudian mengundang tokoh PP 'Aisyiyah antara Ibu Hayinah, Ibu Badilah dan lainnya ke Istana Gedung Agung Jogjakarta. Bung Karno menyampaikan "bawalah, ajaklah Ibu Fatmawati ini untuk aktif kembali di 'Aisyiyah". Lalu disitu diceritakan bahwa Ibu Fatmawati menyampaikan "ketika saya menjahit bendera Merah Putih untuk Proklamasi kemerdekaan, saya menyenandungkan lagu 'Nasyi'ahku'.


"Tapi saya tidak akan menyanyikan lagu itu karena bapak Presiden dan Ibu Megawati bisa-bisa keluar ruangan, karena tidak nyaman dengan suara saya." sahut Prof. Haedar yang diikuti tawa kedua tokoh nasional tersebut.

×
Berita Terbaru Update